Selasa, 05 April 2016

Tabrakan Pesawat Terbang


TABRAKAN PESAWAT TERBANG ANTARA BATIK AIR DENGAN TRANS NUSA DI HALIM PK

Kita patut bersedih dengan terjadinya tabrakan pesawat terbang (Batik Air dan Trans Nusa di landasan pacu/runway Halim PK pada tanggal 4 April 2016), bagaimana tidak sebab sangat kecil terjadinya tabrakan seperti ini kalau prosedur penerbangan diikuti dengan Baik dan Benar. Kita masih diingatkan pada peristiwa mengerikan tabrakan dua pesawat terbang Boeing 747 di landasan pacu Tenerife Kepulauan Canary Spanyol pada tanggal 27 Maret 1977 dan merupakan kecelakaan terburuk dalam sejarah penerbangan dengan memakan korban jiwa 583 orang meninggal dunia dan tercatat paling banyak korban jiwa sampai saat ini.

Memang benar tidak ada korban jiwa dalam kecelakaan di Halim PK tersebut, tetapi masalah ini tidak boleh dianggap sepele, dan harus diselidiki sampai tuntas apa yang menjadi  penyebabnya?

Beberapa analisa kemungkinan yang menjadi penyebab kecelakaan ini antara lain :

1.       Lampu Anti Benturan/Tabrakan (Anti Collision Light)

Sesuai dengan namanya yang berarti Lampu Anti Tabrakan/Benturan. Di pesawat terbang lampu ini berwarna putih berkilat seperti Blizt kamera (Flashing). Terpasang pada bagian yang mudah terlihat seperti di ujung ekor dan ataupun di bawah badan pesawat terbang.

Di dalam aturan dan prosedurnya, lampu ini harus dihidupkan selama pesawat menghidupkan mesin (Engine ON) apalagi sedang bergerak (Taxi) ataupun pesawat di Derek (Towing, Engine OFF). Anti Collision light harus menyala terus baik siang apalagi malam hari tidak boleh dimatikan apalagi rusak. Pendereknya (Towing Car) juga harus menyalakan lampu bahaya (Hazard) kalau sedang bergerak.

Apakah Anti Collision dari Batik Air dan Trans Nusa menyala (ON) sewaktu pesawat terbang sedang bergerak, apakah lampu hazard Towing Car juga menyala waktu menderek pesawat terbang?


2.       Radio Komunikasi (Radio Communication)

Landasan Pacu (Runway) yaitu tempat pesawat terbang (Take-off) dan mendarat (Landing) harus senantiasa bersih (Clear) dari lalu lintas (Traffic). Siapapun yang masuk atau melintas Runway harus seijin dan sepengetahuan Pengendali Lalu Lintas Udara (Air Traffic Controller / ATC). Untuk berbicara memohon dan mendapatkan ijin dari ATC harus menggunakan Radio Komunikasi (Radio Communication)

Apakah Radio Komunikasi dari Batik Air dan Trans Nusa ada dan aktif sewaktu pesawat terbang memasuki dan selama berada di Runway?

Apakah kedua traffic tersebut sudah mendapatkan ijin dari ATC untuk memasuki runway dan apakah ATC sudah mengetahuinya kalau kedua traffic tersebut memasuki atau sedang berada di runway?


3.       Salah Pengertian (Miscommunication/Misunderstanding)

Setelah Batik Air dan Trans Nusa aktif berkomunikasi dengan ATC untuk memohon dan atau mendapatkan ijin memasuki Runway. Apakah kedua belah pihak (Batik Air dan Trans Nusa) mengerti arti percakapan dan komunikasi tersebut? Apakah ada yang ragu ragu dan tidak mengerti dari arti percakapan tersebut? Sebab hal inilah yang terjadi pada tabrakan pesawat terbang di Canary Island tersebut di atas disebabkan oleh masalah pemahaman bahasa dan menimbulkan salah pengertian (Miscommunication/Misunderstanding).


4.       Jarak Pandang Penglihatan (Visibility)

Kecelakaan tersebut terjadi pada malam hari sekitar jam 20.00 dimana penglihatan Pilot sangat kurang apalagi kalau turun hujan. Maka Anti Collision Light harus menyala.

 

5.       Kontur dari Runway (Runway Slope)

Runway tidak selamanya datar sebab mengikuti kontur tanah. Kadang kadang turun ditengah runway sehingga Pilot dapat melihat dari ujung ke ujung runway. Yang terjelek bila kontur tanah naik ditengah runway, akibatnya pandangan Pilot terbatas hanya sampai setengah runway saja sedangkan apa yang ada selebihnya tidak kelihatan apalagi sampai ujung runway. Contohnya Bandara Husein SN Bandung, dalam hal ini peran sentral ATC (selalu berada di Menara tengah runway) yang dapat melihat traffic dari ujung ke ujung runway sangat sangat dibutuhkan.

Apakah ATC dapat melihat dengan jelas kedua traffic tersebut (Batik Air dan Trans Nusa) yang sedang berada di runway ataukah tidak melihatnya? dan apakah ATC sudah memberikan peringatan secukupnya kepada kedua traffic tersebut?

Demikian analisa kemungkinan terjadinya kecelakaan tersebut. Tulisan dan Analisa lebih lanjut menunggu terkumpulnya temuan temuan di lapangan dan hasil penyelidikan Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT).

Salam untuk semuanya dari Mula Fridus, baca selengkapnya di http://mulafbb.blogspot.co.id/

 

Referensi bacaan :

Penjelasan Dirjen Perhubungan Udara Soal Batik Air Tabrakan

JAKARTA - Pesawat Batik Air jenis Boeing 737-800 bertabrakan dengan Pesawat TransNusa dengan jenis ATR 4202 seri 600 di Bandara Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur pada Senin, 4 April 2016 sekira pukul 19.55 WIB.

"Telah terjadi runway incursion di Bandara Halim Perdana Kusuma antara Pesawat Batik Air dengan Pesawat TransNusa yang sedang towing menuju apron selatan Bandara Halim Perdanakusuma," papar Dirjen Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan, Suprasetio saat konferensi pers di Bandara Halim, Jakarta Timur, Selasa (5/4/2016).

Suprasetio menjelaskan, atas insiden tersebut pesawat jenis Boeing 737-800 itu pun mengalami patah di sayap kiri pesawat, sementara pesawat jenis ATR 402 mengalami patah di ujung sayap sebelah kiri dan ekor pesawat.

Beruntungnya tak ada korban jiwa dalam insiden tersebut, seluruh penumpang yang terdiri dari 48 dewasa dan satu anak, serta tujuh awak pesawat berhasil diselamatkan.

"Sedangkan pesawat Transnusa dalam keadaan kosong yang sedang dipindahkan menuju ke Afron selatan dua teknisi di dalam pesawat dan dua teknisi di towing," tutupnya. (day)

FOTO: Penampakan Pesawat TransNusa yang Tabrakan dengan Batik Air di Halim


Senin, 4 April 2016 21:38 WIB
 
Ist/Tribunnews.com, Kondisi pesawat TransNusa yang tabrakan dengan Pesawat Batik Air ID- 7703 di landasan pacu Bandara Halim Perdanakusuma, Jakarta, Senin (4/4/2016). 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pesawat Batik Air ID- 7703 bertabarakan pesawat TransNusa di landasan pacu Halim Perdanakusuma, Jakarta, Senin (4/4/2016).

Dari foto yang diperoleh Tribunnews.com, penampakan pada pesawat TransNusa terlihat sayap vertikal terpotong dan terlihat rusak parah.

Kejadian tersebut dibenarkan Direktur Operasional Lion Air Group Daniel Putut Adi Kuncoro saat dihubungi wartawan.

"Benar kecelakaan. Pesawat kami Batik Air yang menabrak," ujarnya saat dihubungi melalui sambungan telepon.

‎Daniel menyebutkan pesawat yang mengalami kecelakaan, merupakan pesawat tujuan Halim Perdanakusuma (HLP)-Makasar ‎(UPG).

Sementara itu kondisi pesawat Batik Air juga terlihat parah, sayap vertikal pesawat ikut rusak.

Pesawat Batik Air ID- 7703 bertabarakan di landasan pacu Halim Perdanakusuma, Jakarta, Senin (4/4/2016) malam.

Kamis, 11 Februari 2016

Sekilas Tentang Uji Terbang


Dengan jatuhnya pesawat Super Tucano EMB-314 pabrikan Embraer Brazilia saat melakukan Uji Terbang (Flight Test) di Blimbing Malang, saya turut mengucapkan Berduka cita sedalam dalamnya atas musibah yang menimpa tersebut. Untuk mencegah supaya peristiwa atau tragedi tersebut tidak terulang kembali. Berikut saya paparkan kegiatan uji terbang yang selama ini dilakukan oleh PT Dirgantara Indonesia. Tujuannya untuk meningkatkan Keselamatan Terbang (Flight Safety) terutama pada saat uji terbang.

Uji terbang dikategorikan ada beberapa jenis :

1.       Uji terbang Maintenance, yaitu uji terbang yang dilakukan setelah pesawat tersebut mengalami perbaikan atau perawatan di beberapa systemnya  (Mesin, Radio, Navigasi, Alat kemudi dll.)

2.       Uji terbang Experimental, yaitu uji terbang pesawat yang belum pernah ada sebelumnya (Prototype), tujuannya yaitu untuk mengetahui sifat sifat pesawat baru (Flight Characteristic of Prototype aircraft) yang baru dirancang dan belum pernah ada di dunia (N250, RA80, N219 dll.)

3.       Uji terbang Development, uji terbang pesawat yang sudah ada (Non Prototype), tujuannya untuk mengetahui sifat sifat pesawat apabila pesawat tersebut mengalami perubahan bentuk dari asalnya atau modifikasi system alatnya (Hydraulic, Mesin, bentuk moncong atau sayap dll.)

4.       Uji terbang Sertifikasi, uji terbang yang dilaksanakan bersama Otoritas Penerbangan setempat pada pesawat Prototype dengan tujuan untuk mendapatkan Sertifikat Tipe (Type Certificate) atau uji terbang yang dilaksanakan bersama Otoritas Penerbangan setempat pada pesawat Development/Modifikasi yang sudah sukses dan berhasil baik untuk mendapatkan Sertifikat Kelaikan Udara (Certificate of Airworthiness)

5.       Uji terbang Produksi, uji terbang pada pesawat terbang yang sudah selesai diproduksi serial secara massal dan sudah mendapatkan Type Certificate dari Otoritas Penerbangan setempat.

6.       Uji terbang Pembeli pesawat (Customer), uji terbang yang dilakukan bersama Customer (Customer Acceptance Flight) tujuannnya yaitu agar pesawat tersebut dapat diterima dan diambil oleh Customer.

Beberapa pertimbangan dalam melakukan Uji Terbang :

1.       Dilakukan bertahap, tahap demi tahap, dimulai dari yang paling sederhana, yang paling aman dan tidak berbahaya. Setelah hasilnya dianalisa dan diketahui, baru dilakukan tahap berikutnya yang lebih sulit dan berbahaya. Dalam hal ini tidak mengenal yang namanya MENTAL TERABASAN….yaitu melakukan Uji Terbang dengan melakukan lompatan jauh kedepan tanpa mengetahui hasil sebelumnya.

2.       Uji terbang tidak boleh dilakukan di atas kota yang padat penduduk. Uji terbang harus mempunyai area tertentu (Flight Test Area) yang tidak padat penduduk (Unpopulated Area)

3.       CLEAR AND SUNNY DAY…… begitulah kata instruktur saya waktu bersekolah di National Test Pilot School California Amerika dulu. Artinya jangan melakukan uji terbang pada saat cuaca jelek (hujan, berkabut, gelap dll…)

4.       Melakukan Pre Flight Briefing bersama dengan pihak terkait penerbangan (Operasi penerbangan untuk perijinan penerbangan, Meteorologi untuk mendapatkan cuaca saat itu, Mekanik perawatan pesawat untuk mengetahui kondisi pesawat secara detail dan menyeluruh.) sebelum melaksanakan uji terbang. Hal ini sangat penting…. Sebab Pilot dan Aircrew harus mengetahui dengan jelas dan detail tentang kondisi pesawat (Jumlah bahan bakar, Perbaikan alat, perawatan pesawat dll.) sebelum terbang dari Mekanik pesawat tersebut. Jikalau Pilot dan Aircrew tidak mengetahui kondisi pesawatnya sebelum terbang, maka hal ini sangatlah berbahaya….

5.       Indonesia adalah Negara berkeTuhanan hal ini ditegaskan pada sila pertama Pancasila. Apakah hal ini gothak gathuk atau bukan.... dan boleh percaya atau tidak?.....di  kalangan dan lingkungan uji terbang banyak yang percaya bahwa kecelakaan pesawat pada saat uji terbang sangat erat hubungannya dengan saat saat perayaan keagamaan di Indonesia. Sudah dua kejadian yang cukup memukul kita semua dan tidak perlu untuk mengulang yang ketiga dan keempat. Kecelakaan Pertama saat jatuhnya pesawat CN235 di Gorda Tangerang adalah pada Hari Raya Peringatan Waisak. Kecelakaan Kedua pada saat Super Tucano jatuh di Blimbing Malang adalah pada Hari Raya Peringatan Galungan Kuningan dan pada hari itu juga adalah Rabu Abu yaitu hari pertama umat Kristiani berpantang dan berpuasa selama 40 hari lamanya sebelum Paskah. Untuk itu sebelum setiap kali melaksanakan Uji Terbang dan setelah selesai melaksanakan Pre Flight Briefing ada baiknya disambung dengan Berdoa bersama kepada Tuhan memohon Keselamatan dan Kesuksesan Uji Terbang……..Amin.

Salam untuk semuanya dari Mula Fridus.

 

Referensi bacaan :

CN235 Accident description in Gorda Tangerang

Last updated: 11 February 2016

Status:
Date:
Thursday 22 May 1997
Type:
Operator:
Registration:
PK-XNT
C/n / msn:
N018
First flight:
1991
Crew:
Fatalities: 6 / Occupants: 6
Passengers:
Fatalities: 0 / Occupants: 0
Total:
Fatalities: 6 / Occupants: 6
Airplane damage:
Damaged beyond repair
Location:
near Gorda AFB (http://aviation-safety.net/database/country/flags_15/PK.gif   Indonesia)
Phase:
Maneuvering (MNV)
Nature:
Test
Departure airport:
?
Destination airport:
?

Narrative:
Lost control while testing the LAPES (Low Altitude Parachute Extraction System) to drop a 4000 kg load from a height of 200 m. The parachute harness apparently detached during the process, causing the 400 kg load to remain on the cargo door. Control was lost and the aircraft crashed.

Classification:
Loss of control

 

Super Tucano Accident description in Blimbing Malang.

ASN Wikibase Occurrence # 184344

Last updated: 11 February 2016

Date:
10-FEB-2016
Time:
10:30 a.m.
Type:
Owner/operator:
Indonesian Air Force
Registration:
PT-ZFQ/TT-310
C/n / msn:
31400184
Fatalities:
Fatalities: 2 / Occupants: 2
Other fatalities:
2
Airplane damage:
Written off (damaged beyond repair)
Location:
Malang, East Java - https://aviation-safety.net/database/country/flags_15/PK.gif  Indonesia
Phase:
En route
Nature:
Military
Departure airport:
Abdurrahman Saleh airport
Destination airport:
Abdurrahman Saleh airport

Narrative:
The plane crashed into a house while performing a test flight, obviously due to a technical failure. Two persons on the ground died, as well as the pilot of the plane and the flight engineer. The pilot did manage to eject from the plane, but he died from injuries sustained in the crash.