TABRAKAN PESAWAT TERBANG ANTARA BATIK AIR
DENGAN TRANS NUSA DI HALIM PK
Kita patut
bersedih dengan terjadinya tabrakan pesawat terbang (Batik Air dan Trans Nusa
di landasan pacu/runway Halim PK pada tanggal 4 April 2016), bagaimana tidak
sebab sangat kecil terjadinya tabrakan seperti ini kalau prosedur penerbangan
diikuti dengan Baik dan Benar. Kita masih diingatkan pada peristiwa mengerikan
tabrakan dua pesawat terbang Boeing 747 di landasan pacu Tenerife Kepulauan Canary
Spanyol pada tanggal 27 Maret 1977 dan merupakan kecelakaan terburuk dalam
sejarah penerbangan dengan memakan korban jiwa 583 orang meninggal dunia dan tercatat
paling banyak korban jiwa sampai saat ini.
Memang benar tidak
ada korban jiwa dalam kecelakaan di Halim PK tersebut, tetapi masalah ini tidak
boleh dianggap sepele, dan harus diselidiki sampai tuntas apa yang menjadi penyebabnya?
Beberapa analisa kemungkinan
yang menjadi penyebab kecelakaan ini antara lain :
1. Lampu
Anti Benturan/Tabrakan (Anti Collision Light)
Sesuai dengan namanya yang berarti Lampu Anti Tabrakan/Benturan. Di
pesawat terbang lampu ini berwarna putih berkilat seperti Blizt kamera
(Flashing). Terpasang pada bagian yang mudah terlihat seperti di ujung ekor dan
ataupun di bawah badan pesawat terbang.
Di dalam aturan dan prosedurnya, lampu ini harus dihidupkan selama
pesawat menghidupkan mesin (Engine ON) apalagi sedang bergerak (Taxi) ataupun
pesawat di Derek (Towing, Engine OFF). Anti Collision light harus menyala terus
baik siang apalagi malam hari tidak boleh dimatikan apalagi rusak. Pendereknya
(Towing Car) juga harus menyalakan lampu bahaya (Hazard) kalau sedang bergerak.
Apakah Anti Collision dari Batik Air dan Trans Nusa menyala (ON)
sewaktu pesawat terbang sedang bergerak, apakah lampu hazard Towing Car juga
menyala waktu menderek pesawat terbang?
2. Radio
Komunikasi (Radio Communication)
Landasan Pacu (Runway) yaitu tempat pesawat terbang (Take-off) dan
mendarat (Landing) harus senantiasa bersih (Clear) dari lalu lintas (Traffic).
Siapapun yang masuk atau melintas Runway harus seijin dan sepengetahuan
Pengendali Lalu Lintas Udara (Air Traffic Controller / ATC). Untuk berbicara
memohon dan mendapatkan ijin dari ATC harus menggunakan Radio Komunikasi (Radio
Communication)
Apakah Radio Komunikasi dari Batik Air dan Trans Nusa ada dan aktif
sewaktu pesawat terbang memasuki dan selama berada di Runway?
Apakah kedua traffic tersebut sudah mendapatkan ijin dari ATC untuk
memasuki runway dan apakah ATC sudah mengetahuinya kalau kedua traffic tersebut
memasuki atau sedang berada di runway?
3. Salah
Pengertian (Miscommunication/Misunderstanding)
Setelah Batik Air dan Trans Nusa aktif berkomunikasi dengan ATC untuk
memohon dan atau mendapatkan ijin memasuki Runway. Apakah kedua belah pihak
(Batik Air dan Trans Nusa) mengerti arti percakapan dan komunikasi tersebut?
Apakah ada yang ragu ragu dan tidak mengerti dari arti percakapan tersebut?
Sebab hal inilah yang terjadi pada tabrakan pesawat terbang di Canary Island
tersebut di atas disebabkan oleh masalah pemahaman bahasa dan menimbulkan salah
pengertian (Miscommunication/Misunderstanding).
4. Jarak
Pandang Penglihatan (Visibility)
Kecelakaan
tersebut terjadi pada malam hari sekitar jam 20.00 dimana penglihatan Pilot
sangat kurang apalagi kalau turun hujan. Maka Anti Collision Light harus menyala.
5. Kontur
dari Runway (Runway Slope)
Runway
tidak selamanya datar sebab mengikuti kontur tanah. Kadang kadang turun
ditengah runway sehingga Pilot dapat melihat dari ujung ke ujung runway. Yang
terjelek bila kontur tanah naik ditengah runway, akibatnya pandangan Pilot
terbatas hanya sampai setengah runway saja sedangkan apa yang ada selebihnya
tidak kelihatan apalagi sampai ujung runway. Contohnya Bandara Husein SN
Bandung, dalam hal ini peran sentral ATC (selalu berada di Menara tengah
runway) yang dapat melihat traffic dari ujung ke ujung runway sangat sangat
dibutuhkan.
Apakah ATC dapat melihat dengan jelas kedua traffic tersebut (Batik
Air dan Trans Nusa) yang sedang berada di runway ataukah tidak melihatnya? dan apakah
ATC sudah memberikan peringatan secukupnya kepada kedua traffic tersebut?
Demikian analisa
kemungkinan terjadinya kecelakaan tersebut. Tulisan dan Analisa lebih lanjut
menunggu terkumpulnya temuan temuan di lapangan dan hasil penyelidikan Komite
Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT).
Salam
untuk semuanya dari Mula Fridus, baca selengkapnya di http://mulafbb.blogspot.co.id/
Referensi bacaan
:
Penjelasan Dirjen Perhubungan Udara Soal Batik Air Tabrakan
JAKARTA - Pesawat Batik Air jenis Boeing 737-800 bertabrakan dengan Pesawat
TransNusa dengan jenis ATR 4202 seri 600 di Bandara Halim Perdanakusuma,
Jakarta Timur pada Senin, 4 April 2016 sekira pukul 19.55 WIB.
"Telah terjadi runway incursion
di Bandara Halim Perdana Kusuma antara Pesawat Batik Air dengan Pesawat
TransNusa yang sedang towing menuju apron selatan Bandara Halim
Perdanakusuma," papar Dirjen Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan,
Suprasetio saat konferensi pers di Bandara Halim, Jakarta Timur, Selasa
(5/4/2016).
Suprasetio menjelaskan, atas insiden
tersebut pesawat jenis Boeing 737-800 itu pun mengalami patah di sayap kiri
pesawat, sementara pesawat jenis ATR 402 mengalami patah di ujung sayap sebelah
kiri dan ekor pesawat.
Beruntungnya tak ada korban jiwa dalam
insiden tersebut, seluruh penumpang yang terdiri dari 48 dewasa dan satu anak,
serta tujuh awak pesawat berhasil diselamatkan.
"Sedangkan
pesawat Transnusa dalam keadaan kosong yang sedang dipindahkan menuju ke Afron
selatan dua teknisi di dalam pesawat dan dua teknisi di towing," tutupnya.
(day)
FOTO: Penampakan
Pesawat TransNusa yang Tabrakan dengan Batik Air di Halim
Senin, 4 April 2016 21:38 WIB
Ist/Tribunnews.com,
Kondisi pesawat TransNusa yang tabrakan
dengan Pesawat Batik Air ID- 7703 di landasan pacu Bandara Halim Perdanakusuma,
Jakarta, Senin (4/4/2016).
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -
Pesawat Batik Air ID- 7703 bertabarakan pesawat TransNusa di landasan pacu
Halim Perdanakusuma, Jakarta, Senin (4/4/2016).
Dari foto yang diperoleh Tribunnews.com, penampakan pada
pesawat TransNusa terlihat sayap vertikal terpotong dan terlihat rusak parah.
Kejadian tersebut dibenarkan Direktur
Operasional Lion Air Group Daniel Putut Adi Kuncoro saat dihubungi wartawan.
"Benar kecelakaan. Pesawat kami Batik
Air yang menabrak," ujarnya saat dihubungi melalui sambungan telepon.
Daniel menyebutkan pesawat yang mengalami
kecelakaan, merupakan pesawat tujuan Halim Perdanakusuma (HLP)-Makasar (UPG).
Sementara itu kondisi pesawat Batik Air
juga terlihat parah, sayap vertikal pesawat ikut rusak.
Pesawat Batik Air ID- 7703 bertabarakan di landasan pacu Halim Perdanakusuma, Jakarta, Senin (4/4/2016) malam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar