Komentar Mengenai Kecelakaan SSJ100 Di Gunung Salak

 

Ulasan yang menarik dan masuk akal, ada beberapa komentar dan tambahan dari saya yang perlu disampaikan dengan saya beri tanda M :

From: Tr S
Date: 2012/5/10
Subject: Re: [au] Janggal, Joy Flight Lintasi Wilayah Pegunungan
Sebuah kecelakaan penerbangan terjadi. Seperti biasa, ulasan sampah mengalir di media massa. Mulai dari penerbang sampai yang mulia anggota dewan. Semuanya berebut menjadi ahli penerbangan instan juga paranormal. Berikut adalah beberapa FAQ yang mungkin bisa menjawab penasaran anda:

1. Ruang hampa: Tidak ada ruang yang bernama ruang hampa di atmosfir bumi. Yang ada adalah turbulensi, itupun dipelajari oleh penerbang untuk mengenali turbulensi. 

M : Seperti contohnya kalau ada aliran udara melewati puncak tebing seperti terlihat pada tebing kecelakaan SSJ100, pasti ada turbulensi di puncak tebing dan ada perbedaan tekanan antara sisi hantaman pesawat di tebing dan dibaliknya. Dan hal ini tidak dapat dianggap sepele sungguhpun cuaca baik pada saat itu pesawat dapat menabrak tebing karena turbulensi, maka pesawat seperti terhisap ke bawah dan gagal menghindari / melewati tebing dan akhirnya menabrak tebing, padahal kurang sedikit diatasnya pesawat dapat lolos dari kecelakaan.  

2. Percakapan pilot dan ATC: Secara umum ada 2 jenis penerbangan yang mempengaruhi percakapan ATC dan pilot: VFR (Visual Flight Rules) dan IFR (Instrument Flight Rules), yang boleh di IFR belum tentu boleh di VFR begitu pula sebaliknya. 
3. VFR: Pilot harus terbang melihat keluar dari kaca depan pesawatnya, kalau dia terbang VFR dan menabrak gunung, maka disiplin terbangnya diragukan karena dia berarti masuk ke daerah jarak pandang rendah . Di Indonesia VFR butuh jarak pandang 5 km untuk terbang di bawah 10 ribu kaki. 
4. VFR clearance: Ijin ATC untuk VFR menunjukkan bahwa pilot harus terbang berdasarkan penglihatannya termasuk menghindari tebing, gunung, antenna, gedung dan lainnya. Dengan ijin VFR ini pilot bisa terbang di ketinggian di bawah puncak gunung. Contohnya terbang di 5000 kaki di dekat gunung yang ketinggiannya 7000 kaki. 
5. ELT: Emergency Locator Transmitter adalah alat yang akan menyiarkan sinyal darurat di 3 frekuensi termasuk data satelit dengan mengirimkan lokasi terakhir dan registrasi pesawat. Harus ada di pesawat besar. ELT ini akan aktif pada saat terjadi benturan atau terendam air. 

M : Benturan, hentakan dan hantaman yang keras di atas beberapa G (gravitasi) tergantung spesifikasi barang dari vendor.

6. Pilotnya baru sekali terbang di Indonesia: Pertama kali terbang di satu daerah tidak mempengaruhi keamanan penerbangan. 

M : Informasi yang meragukan. Untuk terbang visual atau melihat keluar dari kaca depan, maka dipersyaratkan bahwa Pilot harus tahu dan mengenal daerah tersebut dengan baik agar Pilot tersebut tahu arah terbang dan tidak kesasar, jadi harus sering terbang di daerah tersebut agar kenal dan tahu daerah tersebut, tidak cukup hanya terbang sekali saja. Sama seperti mengenal jalan di kota kalau mau naik motor/mobil sendirian. Saya menyarankan Pilot asing yang baru terbang di daerah tersebut HARUS DIDAMPINGI oleh Pilot lokal yang mengetahui dan hapal betul daerah tersebut.

7. Kabut adalah masalah bagi penerbangan visual, tapi kabut bukan alasan untuk menabrak gunung karena pada waktu akan masuk kabut, penerbangan visual bisa di cancel dan diteruskan dengan penerbangan IFR.
8. GPWS: ada alat yang bernama GPWS (Ground Proximity Warning System) yang akan berteriak dengan suara manusia kalau pesawat mendekati dataran tinggi.

M : Sesuai dengan namanya Ground Warning akan memberikan peringatan kalau pesawat mendekati Tanah dapat berarti tebing, gunung, lembah, bukit atau pesawat turun terlalu cepat mendarat dll.

9. Ada perbedaan antara pesawat jatuh dan menabrak gunung, sama dengan jatuh dari motor berbeda dengan menabrak tembok.
10. Juga ada perbedaan antara mendarat darurat dengan divertion (mengalihkan pendaratan). Mesin pesawat terbakar, maka pesawat mendarat darurat, kalau ada penumpang sakit lalu pesawat mendarat di tempat lain maka namanya divertion.
11. Sertifikasi diperlukan jika registrasi pesawat diubah menjadi registrasi Indonesia, jika tidak, maka sertifikasi dari negara asal sudah cukup, syaratnya negara tersebut mengikuti Chicago Convention.

M : Pesawat asing yang datang ke Indonesia tidak perlu diubah menjadi Registrasi Indonesia kalau mau terbang di Indonesia, tapi mutlak harus punya ijin Menteri melalui Dirjen kalau mau terbang di Indonesia. Sertifikasi dibutuhkan kalau pesawat diubah atau berubah dari prototype aslinya, sehingga berubah pula sifat sifat dan karakter terbangnya dan hal ini harus mendapat persetujuan dari Menteri melalui Dirjen.

12. Kunci semua pertanyaan anda ada pada black box atau kotak hitam yang berada dalam badan pesawat. Black box inilah yang merekam percakapan pilot-ATC pada Cockpit Voice Recorder (CVR) dan data-data penerbangan dalam Flight Data Recorder (FDR). Jadi jangan percaya semua analisa kacangan di media massa biarpun diberikan oleh orang terkenal sekalipun.
13. Analisa black box akan memakan waktu bulanan atau malah beberapa tahun. Jadi sabar saja menunggu laporannya sebelum mulai berkomentar.

M : Yang namanya dugaan dan perkiraan setiap pihak boleh berpendapat jangan dibatas batasi, sebab hal ini sangat baik untuk diskusi dan pembelajaran dan hal ini sangat dibutuhkan untuk MEMPERKAYA KHAZANAH DUNIA PENERBANGAN KITA SEMUA.

Tolong forward atau share hal ini untuk menghentikan pembodohan bangsa oleh bisnis media massa yang kurang bertanggung jawab. Yang paling penting saat ini adalah berdoa bagi para korban dan menolong meringankan beban keluarganya.

M : Media Massa sangat berguna untuk meningkatkan pengetahuan kita, cuman sayangnya kalau sudah terpengaruh untuk tujuan tertentu apalagi untuk kepentingan politik jadi tidak baik lagi dan memang benar jadi bodoh.

Saya berdoa untuk semua korban terutama rekan sekerja bapak Alm. Kornel Sihombing yang telah berpulang ke Rumah Tuhan dan keluarga yang ditinggalkan mendapat penghiburan dari Tuhan. Amin

Salam untuk semuanya dari Mula Fridus